Pages

Subscribe:

Kisah Hikmah, Jeruk Busuk Rasa Manis

Suatu hari, ketika saya sedang menjenguk salah satu saudara yang tengah dirawat di rumah sakit, terdengar suara makian keras dari pasien sebelah, “Bawa jeruk kok busuk, mau ngeracunin saya? biar saya cepat mati?”

Suara marah itu berasal dari lelaki tua yang kedatangan salah satu keluarganya dengan membawa jeruk. Boleh jadi benar, bahwa beberapa jeruk dalam jinjingan itu busuk atau masam. Meski tidak semua jeruk yang dibawanya itu busuk dan sangat kebetulan yang terambil pertama oleh si pasien yang busuk. Dan tanpa bertanya lagi, marahlah ia kepada si pembawa jeruk.

Sebenarnya, boleh dibilang wajar jika seorang pasien marah lantaran kondisinya labil dan kesehatannya terganggu. Ketika ia marah karena jeruk yang dibawa salah satu keluarganya itu busuk, mungkin itu hanya pemicu dari segunung emosi yang terpendam selama berhari-hari di rumah sakit. Penat, bosan, jenuh, mual, pusing, panas, dan berbagai perasaan yang menderanya selama berhari-hari, belum lagi ditambah dengan bisingnya rumah sakit, perawat yang kadang tak ramah, keluarga yang mulai uring-uringan karena kepala keluarganya sekian hari tak bekerja, semuanya membuat dadanya bergemuruh. Lalu datanglah salah satu saudaranya dengan setangkai ketulusan berjinjing jeruk. Namun karena jeruk yang dibawanya itu tak bagus, marahlah ia.

Wajar. Sekali lagi wajar. Tetapi tidak dengan peristiwa lain yang hampir mirip terjadi di acara keluarga besar belum lama ini. Seorang keluarga yang tengah diberi ujian Allah menjalani kehidupannya dalam ekonomi menengah ke bawah, berupaya untuk tetap berpartisipasi dalam acara keluarga besar tersebut. Tiba-tiba, “Kalau nggak mampu beli jeruk yang bagus, mending nggak usah beli. Jeruk asam gini siapa yang mau makan?” suara itu terdengar di tengah-tengah keluarga dan membuat malu keluarga yang baru datang itu.

Pupuslah senyum keluarga itu, rusaklah acara kangen-kangenan keluarga oleh kalimat tersebut. Si empunya suara mungkin hanya melihat dari jeruk masam itu, tapi ia tak mampu melihat apa yang sudah dilakukan satu keluarga itu untuk bisa membawa sekantong jeruk yang boleh jadi harganya tak seberapa.

Harga sekantong jeruk mungkin tak lebih dari sepuluh ribu rupiah. Tapi tahukah seberapa besar pengorbanan yang dilakukan satu keluarga itu untuk membelinya? Rumahnya sangat jauh dari rumah tempat acara keluarga, dan sedikitnya tiga kali tukar angkutan umum. Sepuluh ribu itu seharusnya bisa untuk makan satu hari satu keluarga. Boleh jadi mereka akan menggadaikan satu hari mereka tanpa lauk pauk di rumah. Atau jangan-jangan pagi hari sebelum berangkat, tak satu pun dari anggota keluarga itu sempat menyantap sarapan karena uangnya dipakai untuk membeli jeruk. Yang lebih parah, mungkin juga mereka rela berjalan kaki dari jarak yang sangat jauh dan memilih tak menumpang satu dari tiga angkutan umum yang seharusnya. “Ongkos bisnya kita belikan jeruk saja ya, buat bawaan. Nggak enak kalau nggak bawa apa-apa,” kata si Ayah kepada keluarganya.

Kalimat sang Ayah itu, hanya bisa dijawab dengan tegukan ludah kering si kecil yang sudah tak sanggup menahan lelah dan panas berjalan beberapa ratus meter. Tak tega, Ayah yang bijak itu pun menggendong gadis kecil yang hampir pingsan itu. Ia tetap memaksakan hati untuk tega demi bisa membeli harga dari di depan keluarga besarnya walau hanya dengan sekantong jeruk. Menahan tangisnya saat mendengar lenguhan nafas seluruh anggota keluarganya sambil berkali-kali membungkuk, jongkok, atau bahkan singgah sesaat untuk mengumpulkan tenaga. Itu dilakukannya demi mendapatkan sambutan hangat keluarga besar karena menjinjing sesuatu.

Setibanya di tempat acara, sebuah rumah besar milik salah satu keluarga jauh yang sukses, menebar senyum di depan seluruh keluarga yang sudah hadir sambil bangga bisa membawa sejinjing jeruk, lupa sudah lelah satu setengah jam berjalan kaki, tak ingat lagi terik yang memanggang tenggorokan, bertukar dengan sejumput rindu berjumpa keluarga. Namun, terasa sakit telinga, layaknya dibakar dua matahari siang. Lebih panas dari sengatan yang belum lama memanggang kulit, ketika kalimat itu terdengar, “Jeruk asam begini kok dibawa…”

Duh. Jika semua tahu pengorbanan yang dilakukan satu keluarga itu untuk bisa menjinjing sekantong jeruk tadi, pastilah semua jeruk asam itu akan terasa manis. Jauh lebih manis dari buah apa pun yang dibawa keluarga lain yang tak punya masalah keuangan. Yang bisa datang dengan kendaraan pribadi atau naik taksi dengan ongkos yang cukup untuk membeli sepeti jeruk manis dan segar.

Mampukah kita melihat sedalam itu? Sungguh, manisnya akan terasa lebih lama, meski jeruknya sudah dimakan berhari-hari yang lalu.

Bayu Gawtama

sumber
Lanjutkan

cinta yang tersakiti

Reo dan July adalah sepasang kekasih yang serasi walaupun keduanya berasal dari keluarga yang jauh berbeda latar belakangnya. Keluarga July berasal dari keluarga kaya raya dan serba berkecukupan, sedangkan keluarga Reo hanyalah keluarga seorang petani miskin yang menggantungkan kehidupannya pada tanah sewaan.

Dalam kehidupan mereka berdua, Reo sangat mencintai July. Reo telah melipat 1000 buah burung kertas untuk July dan July kemudian menggantungkan burung-burung kertas tersebut pada kamarnya. Dalam tiap burung kertas tersebut Reo telah menuliskan harapannya kepada July. Banyak sekali harapan yang telah Reo ungkapkan kepada July. “Semoga kita selalu saling mengasihi satu sama lain”,”Semoga Tuhan melindungi July dari bahaya”,”Semoga kita mendapatkan kehidupan yang bahagia”,dsb. Semua harapan itu telah disimbolkan dalam burung kertas yang diberikan kepada July.

Suatu hari Reo melipat burung kertasnya yang ke 1001. Burung itu dilipat dengan kertas transparan sehingga kelihatan sangat berbeda dengan burung-burung kertas yang lain. Ketika memberikan burung kertas ini, Reo berkata kepada July: “ July, ini burung kertasku yang ke 1001. Dalam burung kertas ini aku mengharapkan adanya kejujuran dan keterbukaan antara aku dan kamu. Aku akan segera melamarmu dan kita akan segera menikah. Semoga kita dapat mencintai sampai kita menjadi kakek nenek dan sampai Tuhan memanggil kita berdua ! “

Saat mendengar Reo berkata demikian, menangislah July. Ia berkata kepada Reo : “Reo, senang sekali aku mendengar semua itu, tetapi aku sekarang telah memutuskan untuk tidak menikah denganmu karena aku butuh uang dan kekayaan seperti kata orang tuaku!” Saat mendengar itu Reo pun bak disambar geledek. Ia kemudian mulai marah kepada July. Ia mengatai July matre, orang tak berperasaan, kejam, dan sebagainya. Akhirnya Reo meninggalkan July menangis seorang diri.

Reo mulai terbakar semangatnya. Ia pun bertekad dalam dirinya bahwa ia harus sukses dan hidup berhasil. Sikap July dijadikannya cambuk untuk maju dan maju. Dalam Sebulan usaha Reo menunjukkan hasilnya. Ia diangkat menjadi kepala cabang di mana ia bekerja dan dalam setahun ia telah diangkat menjadi manajer sebuah perusahaan yang bonafide dan tak lama kemudian ia mempunyai 50% saham dari perusahaan itu. Sekarang tak seorangpun tak kenal Reo, ia adalah bintang kesuksesan.

Suatu hari Reo pun berkeliling kota dengan mobil barunya. Tiba-tiba dilihatnya sepasang suami-istri tua tengah berjalan di dalam derasnya hujan. Suami istri itu kelihatan lusuh dan tidak terawat. Reo pun penasaran dan mendekati suami istri itu dengan mobilnya dan ia mendapati bahwa suami istri itu adalah orang tua July. Reo mulai berpikir untuk memberi pelajaran kepada kedua orang itu, tetapi hati nuraninya melarangnya sangat kuat. Reo membatalkan niatnya dan ia membuntuti kemana perginya orang tua July.

Reo sangat terkejut ketika didapati orang tua July memasuki sebuah makam yang dipenuhi dengan burung kertas. Ia pun semakin terkejut ketika ia mendapati foto July dalam makam itu. Reo pun bergegas turun dari mobilnya dan berlari ke arah makam July untuk menemui orang tua July.

Orang tua July pun berkata kepada Reo :”Reo, sekarang kami jatuh miskin. Harta kami habis untuk biaya pengobatan July yang terkena kanker rahim ganas. July menitipkan sebuah surat kepada kami untuk diberikan kepadamu jika kami bertemu denganmu.” Orang tua July menyerahkan sepucuk surat kumal kepada Reo.

Reo membaca surat itu. “Reo, maafkan aku. Aku terpaksa membohongimu. Aku terkena kanker rahim ganas yang tak mungkin disembuhkan. Aku tak mungkin mengatakan hal ini saat itu, karena jika itu aku lakukan, aku akan membuatmu jatuh dalam kehidupan sentimentil yang penuh keputusasaan yang akan membawa hidupmu pada kehancuran. Aku tahu semua tabiatmu Reo, karena itu aku lakukan ini. Aku mencintaimu
Reo…………………………..

July “ Setelah membaca surat itu, menangislah Reo. Ia telah berprasangka terhadap July begitu kejamnya. Ia pun mulai merasakan betapa hati July teriris-iris ketika ia mencemoohnya, mengatainya matre, kejam dan tak berperasaan. Ia merasakan betapa July kesepian seorang diri dalam kesakitannya hingga maut menjemputnya, betapa July mengharapkan kehadirannya di saat-saat penuh penderitaan itu. Tetapi ia lebih memilih untuk menganggap July sebagai orang matre tak berperasan. July telah berkorban untuknya agar ia tidak jatuh dalam keputusasaan dan kehancuran.

Cinta bukanlah sebuah pelukan atau ciuman tetapi cinta adalah pengorbanan untuk orang yang sangat berarti bagi kita.

Lanjutkan

Sandal Jepit Istriku

Omah KerudungSelera makanku mendadak punah. Hanya ada rasa kesal dan jengkel yang memenuhi kepala ini. Duh, betapa tidak gemas, dalam keadaan lapar memuncak seperti ini, makanan yang tersedia tak ada yang memuaskan lidah. Sayur sop rasanya manis bak kolak pisang, sedang perkedelnya asin tak ketulungan.

"Ummi... Ummi, kapan kamu dapat memasak dengan benar? Selalu saja, kalau tak keasinan, kemanisan, kalau tak keaseman, ya kepedesan!" Ya, aku tak bisa menahan emosi untuk tak menggerutu.

"Sabar Bi, Rasulullah juga sabar terhadap masakan Aisyah dan Khodijah. Katanya mau kayak Rasul? Ucap isteriku kalem.

"Iya. Tapi Abi kan manusia biasa. Abi belum bisa sabar seperti Rasul. Abi tak tahan kalau makan terus menerus seperti ini!" Jawabku masih dengan nada tinggi.

Mendengar ucapanku yang bernada emosi, kulihat isteriku menundukkan kepala dalam-dalam. Kalau sudah begitu, aku yakin pasti air matanya merebak.

***
Sepekan sudah aku ke luar kota. Dan tentu, ketika pulang benak ini penuh dengan jumput-jumput harapan untuk menemukan baiti jannati di rumahku. Namun apa yang terjadi? Ternyata kenyataan tak sesuai dengan apa yang kuimpikan. Sesampainya di rumah, kepalaku malah mumet tujuh keliling. Bayangkan saja, rumah kontrakanku tak ubahnya laksana kapal pecah. Pakaian bersih yang belum disetrika menggunung di sana sini. Piring-piring kotor berpesta-pora di dapur, dan cucian, wouw! berember-ember. Ditambah lagi aroma bau busuknya yang menyengat, karena berhari-hari direndam dengan deterjen tapi tak juga dicuci. Melihat keadaan seperti ini aku cuma bisa beristigfar sambil mengurut dada.

"Ummi... Ummi, bagaimana Abi tak selalu kesal kalau keadaan terus menerus begini?" ucapku sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Ummi... isteri sholihah itu tak hanya pandai ngisi pengajian, tapi dia juga harus pandai dalam mengatur tetek bengek urusan rumah tangga. Harus bisa masak, nyetrika, nyuci, jahit baju, beresin rumah?"

Belum sempat kata-kataku habis sudah terdengar ledakan tangis isteriku yang kelihatan begitu pilu. "Ah...wanita gampang sekali untuk menangis," batinku. "Sudah diam Mi, tak boleh cengeng. Katanya mau jadi isteri shalihah? Isteri shalihah itu tidak cengeng," bujukku hati-hati setelah melihat air matanya menganak sungai.

"Gimana nggak nangis! Baru juga pulang sudah ngomel-ngomel terus. Rumah ini berantakan karena memang Ummi tak bisa mengerjakan apa-apa. Jangankan untuk kerja, jalan saja susah. Ummi kan muntah-muntah terus, ini badan rasanya tak bertenaga sama sekali," ucap isteriku diselingi isak tangis. "Abi nggak ngerasain sih bagaimana maboknya orang yang hamil muda..." Ucap isteriku lagi, sementara air matanya kulihat tetap merebak.

Hamil muda?!?! Subhanallah … Alhamdulillah…

***

Bi..., siang nanti antar Ummi ngaji ya...?" pinta isteriku. "Aduh, Mi... Abi kan sibuk sekali hari ini. Berangkat sendiri saja ya?" ucapku.
"Ya sudah, kalau Abi sibuk, Ummi naik bis umum saja, mudah-mudahan nggak pingsan di jalan," jawab isteriku.
"Lho, kok bilang gitu...?" selaku.
"Iya, dalam kondisi muntah-muntah seperti ini kepala Ummi gampang pusing kalau mencium bau bensin. Apalagi ditambah berdesak-desakan dalam dengan suasana panas menyengat. Tapi mudah-mudahan sih nggak kenapa-kenapa," ucap isteriku lagi.

"Ya sudah, kalau begitu naik bajaj saja," jawabku ringan.

***

Pertemuan dengan mitra usahaku hari ini ternyata diundur pekan depan. Kesempatan waktu luang ini kugunakan untuk menjemput isteriku. Entah kenapa hati ini tiba-tiba saja menjadi rindu padanya. Motorku sudah sampai di tempat isteriku mengaji. Di depan pintu kulihat masih banyak sepatu berjajar, ini pertanda acara belum selesai. Kuperhatikan sepatu yang berjumlah delapan pasang itu satu persatu. Ah, semuanya indah-indah dan kelihatan harganya begitu mahal. "Wanita, memang suka yang indah-indah, sampai bentuk sepatu pun lucu-lucu," aku membathin.

Mataku tiba-tiba terantuk pandang pada sebuah sendal jepit yang diapit sepasang sepatu indah. Kuperhatikan ada inisial huruf M tertulis di sandal jepit itu. Dug! Hati ini menjadi luruh. "Oh....bukankah ini sandal jepit isteriku?" tanya hatiku. Lalu segera kuambil sandal jepit kumal yang tertindih sepatu indah itu. Tes! Air mataku jatuh tanpa terasa. Perih nian rasanya hati ini, kenapa baru sekarang sadar bahwa aku tak pernah memperhatikan isteriku. Sampai-sampai kemana-mana ia pergi harus bersandal jepit kumal. Sementara teman-temannnya bersepatu bagus.

"Maafkan aku Maryam," pinta hatiku.

"Krek...," suara pintu terdengar dibuka. Aku terlonjak, lantas menyelinap ke tembok samping. Kulihat dua ukhti berjalan melintas sambil menggendong bocah mungil yang berjilbab indah dan cerah, secerah warna baju dan jilbab umminya. Beberapa menit setelah kepergian dua ukhti itu, kembali melintas ukhti-ukhti yang lain. Namun, belum juga kutemukan Maryamku. Aku menghitung sudah delapan orang keluar dari rumah itu, tapi isteriku belum juga keluar. Penantianku berakhir ketika sesosok tubuh berabaya gelap dan berjilbab hitam melintas. "Ini dia mujahidah (*) ku!" pekik hatiku. Ia beda dengan yang lain, ia begitu bersahaja. Kalau yang lain memakai baju berbunga cerah indah, ia hanya memakai baju warna gelap yang sudah lusuh pula warnanya. Diam-diam hatiku kembali dirayapi perasaan berdosa karena selama ini kurang memperhatikan isteri.

Ya, aku baru sadar, bahwa semenjak menikah belum pernah membelikan sepotong baju pun untuknya. Aku terlalu sibuk memperhatikan kekurangan-kekurangan isteriku, padahal di balik semua itu begitu banyak kelebihanmu, wahai Maryamku. Aku benar-benar menjadi malu pada Allah dan Rasul-Nya. Selama ini aku terlalu sibuk mengurus orang lain, sedang isteriku tak pernah kuurusi. Padahal Rasul telah berkata: "Yang terbaik di antara kamu adalah yang paling baik terhadap keluarganya."

Sedang aku? Ah, kenapa pula aku lupa bahwa Allah menyuruh para suami agar menggauli isterinya dengan baik. Sedang aku terlalu sering ngomel dan menuntut isteri dengan sesuatu yang ia tak dapat melakukannya. Aku benar-benar merasa menjadi suami terzalim!

"Maryam...!" panggilku, ketika tubuh berabaya gelap itu melintas. Tubuh itu lantas berbalik ke arahku, pandangan matanya menunjukkan ketidakpercayaan atas kehadiranku di tempat ini. Namun, kemudian terlihat perlahan bibirnya mengembangkan senyum. Senyum bahagia.

"Abi...!" bisiknya pelan dan girang. Sungguh, baru kali ini aku melihat isteriku segirang ini.
"Ah, betapa manisnya wajah istriku ketika sedang kegirangan… kenapa tidak dari dulu kulakukan menjemput isteri?" sesal hatiku.

***

Esoknya aku membeli sepasang sepatu untuk isteriku. Ketika tahu hal itu, senyum bahagia kembali mengembang dari bibirnya. "Alhamdulillah, jazakallahu...," ucapnya dengan suara mendalam dan penuh ketulusan.

Ah, Maryamku, lagi-lagi hatiku terenyuh melihat polahmu. Lagi-lagi sesal menyerbu hatiku. Kenapa baru sekarang aku bisa bersyukur memperoleh isteri zuhud (**) dan 'iffah (***) sepertimu? Kenapa baru sekarang pula kutahu betapa nikmatnya menyaksikan matamu yang berbinar-binar karena perhatianku?

(Oleh : Yulia Abdullah)

Keterangan
(*) mujahidah : wanita yang sedang berjihad
(**) zuhud : membatasi kebutuhan hidup secukupnya walau mampu lebih dari itu
(***) ‘iffah : mampu menahan diri dari rasa malu
omah kerudung
Lanjutkan

Aku Menangis Untuk Adikku 6 Kali

Aku menangis untuk Adikku 6 kali

Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari demi hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung mereka menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku.

Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis di sekelilingku kelihatannya membawanya, Aku mencuri lima puluh sen dari laci ayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan aku berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu di tangannya.

"Siapa yang mencuri uang itu?" Beliau bertanya. Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi Beliau mengatakan, "Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!" Dia mengangkat tongkat bambu itu tingi-tinggi. Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata, "Ayah, aku yang melakukannya!"

Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah begitu marahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai Beliau kehabisan nafas. Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi, "Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang? ... Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!"

Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun. Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, "Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi." Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun. Aku berusia 11.

Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama, saya diterima untuk masuk ke sebuah universitas propinsi. Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus. Saya mendengarnya memberengut, "Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu
baik...hasil yang begitu baik..." Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas, "Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?"

Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata, "Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup membaca banyak buku." Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya. "Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya?

Bahkan jika berarti saya mesti mengemis di jalanan saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!" Dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam
uang. Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak, dan berkata, "Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya; kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini." Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas.

Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku: "Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimu uang."

Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang. Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20. Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi, aku akhirnya sampai ke tahun ketiga (di universitas). Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan, "Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana!"

Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir. Aku menanyakannya, "Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?" Dia menjawab, tersenyum, "Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu?" Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku. Aku menyapu debu-debu dari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam kata-kataku, "Aku tidak perduli omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apa pun juga! Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu..."

Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan, "Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki satu." Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangis dan menangis. Tahun itu, ia berusia 20. Aku 23.

Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecah telah diganti, dan kelihatan bersih di mana-mana. Setelah pacarku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku. "Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan
rumah kita!" Tetapi katanya, sambil tersenyum, "Itu adalah adikmu yang pulang awal untuk
membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu.."

Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku. Aku mengoleskan sedikit saleb pada lukanya dan mebalut lukanya. "Apakah itu sakit?" Aku menanyakannya.

"Tidak, tidak sakit. Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak menghentikanku bekerja dan..." Ditengah kalimat
itu ia berhenti. Aku membalikkan tubuhku memunggunginya, dan air mata mengalir deras
turun ke wajahku. Tahun itu, adikku 23. Aku berusia 26.

Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Banyak kali suamiku dan aku mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka tidak akan tahu harus mengerjakan apa. Adikku tidak setuju juga, mengatakan, "Kak, jagalah mertuamu aja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini."

Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan. Tetapi adikku menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi.

Suatu hari, adikku diatas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel, ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit. Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, saya menggerutu, "Mengapa kamu menolak menjadi manajer?
Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu
sekarang, luka yang begitu serius. Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?"

Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya. "Pikirkan kakak ipar--ia baru saja jadi direktur, dan saya hampir tidak berpendidikan. Jika saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apa yang akan dikirimkan?"

Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian keluar kata-kataku yang sepatah-sepatah: "Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!"
"Mengapa membicarakan masa lalu?" Adikku menggenggam tanganku. Tahun itu, ia berusia 26 dan aku 29.

Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani dari dusun itu. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya kepadanya, "Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?" Tanpa bahkan berpikir ia menjawab, "Kakakku."

Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat. "Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada dusun yang berbeda. Setiap hari kakakku dan saya berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah. Suatu hari, Saya
kehilangan satu dari sarung tanganku. Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia
hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu.Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya. Sejak hari itu, saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya."

Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku.
Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku, "Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku." Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini, di depan kerumunan perayaan ini, air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai.

Diterjemahkan dari: "I cried for my brother six times"

omah kerudung
Lanjutkan

“Sekeranjang Air”

Sekeranjang Air

”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan ban­­tahlah mereka dengan cara yang baik…” (QS. An-Nahl/16: 125)

 Alkisah, tersebutlah seorang kakek yang dikenal sangat rajin membaca Alquran setiap pa­gi. Dia selalu duduk di meja dapur dan membaca Alquran. Cucu laki-lakinya mencoba meniru sang kakek, dengan membaca Alqur­an setiap pagi.

”Kakek, saya mencoba membaca Alquran seperti Kakek, tapi saya tidak pernah bisa me­ngerti. Setiap saat, saya membaca untuk memahami, tapi setiap saya selesai membacanya dan menutup Alquran, saya selalu lupa lagi. Apa untungnya membaca Alquran?”

 Sang kakek terdiam sejenak, dan sejurus kemudian menjawab, ”Tolong ambilkan air dari sungai dengan keranjang ini, dan bawakan Kakek sekeranjang air.”

Sang cucu pun kemudian menuruti apa yang dikatakan oleh si kakek. Dia lalu mengambil air dari sungai dengan keranjang. Namun, apa yang diperolehnya? Air yang diambilnya dengan ke­ranjang tadi selalu merembes ke luar dan habis sebelum dirinya sampai di rumah.

Si kakek tertawa tanpa mau menolongnya. Dikatakannya kalau sang cucu harus lebih ce­pat bergerak lain waktu.

Benar saja. Sang cucu di lain waktu kembali mencoba mengambil air dengan keranjang dan berlari lebih cepat agar air dalam keranjang itu tidak habis sia-sia. Namun, lagi-lagi tetap sa­ja keranjang kosong sebelum dia sampai di rumah. Kehabisan napas, sang cucu mengatakan ka-lau dirinya tidak mungkin membawa sekeranjang air.

Untuk memuluskan niatnya mendapatkan kecukupan air, si cucu sekali lagi mencobanya. Namun, ia kali ini mengambil sebuah ember untuk mengambil air. Lantaran tahu maksud cucu­nya, sang kakek langsung berkata, ”Kakek tidak mau seember air, tapi yang Kakek maui adalah se­keranjang air. Sungguh kamu tidak cukup berusaha keras, Cucuku.”

Meski tahu bahwa hal itu adalah hal yang sangat tidak mungkin, sang cucu tetap mem­ba­wakan sekeranjang air dengan berlari secepat mungkin. Untuk yang terakhir kalinya, usahanya te­­tap tidak membuahkan hasil seperti harapannya. Air yang diambilnya dengan keranjang ter­se­but habis sebelum sampai ke rumah.

”Kakek…, apa yang saya lakukan ini sama sekali tidak ada gunanya!” cetus si cucu, de­ngan nada sedikit kesal.

Dengan lemah lembutnya, tanpa rasa amarah sang kakek itu hanya tersenyum. Ia tidak la­ma kemudian berujar, ”Jadi, kamu pikir, ini tidak ada gunanya? Coba kamu per­ha­tikan keranjang ini baik-baik, Cu….”

Sang cucu memperhatikan keranjang yang dibawanya, dan untuk pertama kalinya dia ter­sa­dar, dan takjub bahwa keranjang yang ada di tangannya itu kini terlihat sangat berbeda seka­rang. Keranjang sudah berubah, dari keranjang yang kotor menjadi keranjang yang sangat bersih sekarang, baik bagian luar maupun bagian dalamnya.

”Cucuku, itulah yang terjadi saat kita membaca Alquran. Engkau mungkin tidak dapat mengerti dan mengingat segalanya, tapi ketika membacanya, engkau akan berubah menjadi lebih ber­sih, baik luar maupun dalam. Itulah yang dilakukan Allah SWT untuk hidupmu.”

Hikmah yang bisa diambil dari kisah yang sederhana ini adalah bo­leh jadi ki­ta tidak me­ngerti maupun tidak memahami sama sekali arti saat kita membaca Alqur­an. Na­mun, ke­tika kita membacanya, tanpa kita sadari kita akan berubah, luar dan dalam.

Di peng­ujung tahun ini mari kita berupaya untuk hijrah menjadi lebih baik, dengan men­syu­kuri se­mua nikmat Allah SWT yang telah diberikan kepada kita. Salah satu ungkapan rasa syu­­kur itu ada­lah dengan membaca Alquran untuk memperoleh rakhmat-Nya agar kita menjadi insan yang le­­bih baik, le­bih bersih, lu­ar dan dalam. Insya Allah. Wallahualam bisawab. (Teks: yudiana)

NOOR
Lanjutkan

arti sebuah dukungan

Sekelompok kodok sedang berjalan-jalan melintasi hutan.
Malangnya, dua di antara kodok tersebut jatuh kedalam sebuah lubang. Kodok-kodok yang lain mengelilingi lubang tersebut.
Ketika melihat betapa dalamnya lubang tersebut, mereka berkata pada kedua kodok tersebut bahwa mereka lebih baik mati.cry

Kedua kodok tersebut mengacuhkan komentar-komentar itu dan mencoba melompat keluar dari lubang itu dengan segala kemampuan yang ada. Kodok yang lainnya tetap mengatakan agar mereka berhenti melompat dan lebih baik mati.devil mad
Akhirnya, salah satu dari kodok yang ada di lubang itu mendengarkan kata-kata kodok yang lain dan menyerah.

Dia terjatuh dan mati. Sedang kodok yang satunya tetap melanjutkan untuk melompat sedapat mungkin. Sekali lagi kerumunan kodok tersebut berteriak padanya agar berhenti berusaha dan mati saja.
Dia bahkan berusaha lebih kencang dan akhirnya berhasil.yes yes party
Akhirnya, dengan sebuah lompatan yang kencang, dia berhasil sampai di atas.
Kodok lainnya takjub dengan semangat kodok yang satu ini, dan bertanya "Apa kau tidak mendengar teriakan kami?"yes
Lalu kodok itu (dengan membaca gerakan bibir kodok yang lain) menjelaskan bahwa ia tuli.happy jester

Akhirnya mereka sadar bahwa saat di bawah tadi mereka dianggap telah memberikan semangat kepada kodok tersebut.
Apa yang dapat kita pelajari dari ilustrasi di atas?
Kata-kata positif yang diberikan pada seseorang yang sedang "jatuh" justru dapat membuat orang tersebut bangkit dan membantu mereka dalam menjalani hari-hari. Sebaliknya, kata-kata buruk yang diberikan pada seseorang yang sedang "jatuh" dapat membunuh mereka. Hati hatilah dengan apa yang akan diucapkan.wink wink

Suarakan 'kata-kata kehidupan' kepada mereka yang sedang menjauh dari jalur hidupnya. Kadang-kadang memang sulit dimengerti bahwa 'kata-kata kehidupan' itu dapat membuat kita berpikir dan melangkah jauh dari yang kita perkirakan.
Semua orang dapat mengeluarkan 'kata-kata kehidupan' untuk membuat rekan dan teman atau bahkan kepada yang tidak kenal sekalipun untuk membuatnya bangkit dari keputus-asaanya,
kejatuhannya, kemalangannya.
Sungguh indah apabila kita dapat meluangkan waktu kita untuk memberikan spirit bagi mereka yang sedang putus asa dan jatuh.

So................ Please don't give up !!!
If you try to do the best thing,
must be some day...... you
by : http://webcache.googleusercontent.com
Lanjutkan

10 Kesalahpahaman Tentang Islam

1.Islamic Terrorism
Misconception: Islam adalah teroris

Ini jauh kesalahpahaman Islam terbesar, tidak adil yang diberikan oleh masyarakat dan stereotyping gambar yang memberikan media. Has anyone else noticed cara tertentu ketika sekelompok orang menyerang orang lain kelompok ini diberi label sebagai 'hate crime', tetapi ketika seorang Muslim terbuka untuk siapa saja api cepat itu dianggap sebagai 'terorisme'. Banyak dictators politik dan para pejabat atau kelompok-kelompok ekstremis menggunakan nama Islam sebagai strategi untuk mengumpulkan pengikutnya dan perhatian ketika banyak dari mereka menentang praktek-praktek yang benar dasar Islam. Media juga digambarkan Islam sebagai agama atau sebuah klub di mana anda jika anda bergabung menjadi teroris dan yang kini bagian dari agenda. Namun di seluruh dunia praktek orang Islam di formulir yang benar dan menggunakannya sebagai cara hidup. Ada banyak ayat dalam Quran yang bertentangan dengan ide terorisme. Beberapa ayat-ayat termasuk "berperang di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, tetapi tidak melampaui batas Tuhan tidak suka batas." Ini berarti pada dasarnya tidak berperang kecuali dalam pembelaan diri dan bahkan dalam hal tersebut tidak pergi jauh pertahanan. Ayat lain menyatakan "jika mereka mencari perdamaian, maka anda mencari perdamaian," yang berarti tidak menyerang orang tanpa alasan atau bersalah membunuh orang. Tak ada dalam Islam, apakah ada di Quran atau ajaran Muhammad, yang mendorong pembunuhan orang bersalah. Digambarkan di atas adalah sebuah konferensi yang melawan Terorisme Islam.

2.By the sword
Kesalahpahaman: Islam telah menyebar oleh pedang

Sejarawan De Lacey O'Leary menyatakan "Sejarah membuatnya jelas bahwa legenda yang fanatik Islam melalui sweeping dan memaksa dunia Islam pada titik di pedang setelah menaklukkan ras adalah salah satu yang paling fantastically mustahil sejarahwan mitos yang pernah diulang. "Tidak ada dalam catatan sejarah menunjukkan bahwa orang yang dipaksa oleh pedang untuk masuk Islam. Ketika Islam menyebar melalui negara-negara mereka akan menyiapkan pribadi gereja dan sinagog untuk non muslim mereka dan pemerintahan yang baik karena mereka telah menerima perlakuan mereka sendiri akan dikonversi. Jika satu menganggap kecil jumlah umat Islam yang pada awalnya penyebaran Islam ke barat semua jalan dari Spanyol dan Maroko dan ke timur dari India dan Cina yang akan menyadari bahwa sebuah kelompok kecil dari orang-orang yang tidak bisa memaksa orang lain untuk menjadi anggota suatu agama terhadap mereka akan. Ianya juga menarik untuk dicatat bahwa ketika Mongol menyerang dan menaklukkan besar bagian dari kerajaan Islam, bukan merusak agama mereka diadopsi it!

3.Women's right
Kesalahpahaman: Perempuan tidak memiliki hak

Gambar seorang perempuan yang memakai kerudung dari kepala ke jari kaki, seorang perempuan yang mendapat keadilan yang tidak adil atau seorang perempuan yang tidak diperbolehkan untuk drive yang terlalu akrab gagasan ketika datang ke perawatan perempuan dalam Islam. Dan sementara ada negara-negara Muslim di dunia yang melaksanakan banyak rulings tajam terhadap perempuan, ini tidak boleh digambarkan sebagai hukum Islam. Banyak dari negara-negara tersebut memiliki perbedaan budaya yang bertentangan dengan ajaran Islam. Perlu dicatat bahwa selama Arab pra-Islam perempuan hanya digunakan untuk persundalan dan tidak memiliki kemerdekaan. Kelahiran anak perempuan dalam keluarga dianggap menghinakan dan praktik anak perempuan yang tak terkendalikan. Ketika Islam datang ke ini, ayat-ayat dalam Quran dikutuk praktik anak perempuan. Islam banyak memberi kembali ke hak asasi manusia perempuan dan Muhammad (s) bahkan melaporkan bahwa "perempuan adalah memperdua kembar laki-laki." A Muslim perempuan diperbolehkan untuk menolak dan menerima pelamar untuk menikah dan mempunyai hak untuk mencari perceraian. Tidak ada apa-apa dalam Islam yang melarang seorang muslim wanita keluar dari rumahnya dan boleh berkendara. Juga dalam hal pendidikan, seorang wanita wajib untuk mencari pengetahuan dan dianggap sebagai dosa jika ia menolak.

4.Muslim Savages
Kesalahpahaman: Islam adalah kejam dan savages selama perang

Cukup Sebaliknya, bila perlu untuk melakukan perang ada aturan bahwa setiap sepuluh tentara Muslim harus mematuhi:

1. Jangan melakukan pengkhianatan
2. Tidak menyimpang dari jalan
3. Jangan memuntungkan mayat
4. Jangan membunuh anak-anak
5. Jangan membunuh perempuan
6. Jangan membunuh laki-laki berusia
7. Tidak membahayakan atau membakar pohon-pohon
8. Jangan menghancurkan bangunan
9. Jangan memusnahkan musuh dari kawanan, kecuali jika Anda menggunakannya untuk makanan
10. Bila Anda melewati orang-orang yang dikhususkan untuk kehidupan monastik layanan biarkan mereka sendirian

Selama crusades Salahuddin ketika ia dikalahkan franks yang terhormat yang dikalahkan Frankish tentara dan disertakan dengan makanan mereka dan selama tiga usaha ketika Saladin dari musuh raja Richard jatuh sakit, Saladin dikirim dia hadiah buah-buahan dan kuda.

5.Child bride
Kesalahpahaman: Nabi Muhammad adalah pedophile

Nabi Muhammad saw menikahi gadis berusia 9 tahun tidak ada buktinya,Walaupun seandainya memang dia menikahi seorang gadis berusia sembilan tahun,itu tidak merupakan pedophilia. Secara historis, usia di mana seorang gadis dianggap siap untuk menikah telah puberty. Ini merupakan kasus di Biblika kali, dan sekarang masih digunakan untuk menentukan usia perkawinan di berbagai belahan dunia. Ini merupakan bagian dari norma dan bukan merupakan sesuatu yang invented Islam. The girl ia telah menikah untuk mencapai masa pubertas 3 tahun sebelum menikah. Hal ini setelah mencapai usia masa remaja bahwa seseorang, laki-laki atau perempuan, menjadi hukum yang bertanggung jawab untuk tindakan mereka di bawah hukum Islam. Pada tahap ini, mereka diizinkan untuk membuat keputusan mereka sendiri dan bertanggung diadakan untuk mereka. Ia juga harus menyebutkan bahwa dalam Islam, adalah haram untuk memaksa seseorang untuk menikahi seseorang yang mereka tidak ingin menikah. Tidak ada indikasi bahwa pada waktu itu dikritik perkawinan ini disebabkan oleh gadis muda usia. Sebaliknya, perkawinan itu didorong oleh gadis yang dari keluarga dan telah disambut oleh masyarakat luas.

6.Islamic Jihad
Kesalahpahaman: Jihad berarti berjuang demi Tuhan

Arab yang benar arti kata jihad adalah perjuangan. Namun dalam Islam ini sering digunakan untuk menjelaskan berjuang di jalan Tuhan. Ada banyak bentuk jihad tetapi yang paling penting adalah Jihad al-nafs (jihad melawan diri orang), jihad bil-lisan (jihad dengan menjadi vokal), jihad bil yad (jihad dengan menggunakan tindakan), dan Jihad bis saif (jihad dengan menggunakan pedang). Setiap jihad diranking berbeda dan dilaporkan bahwa Muhammad kembali dari peperangan dan berkata: "Kami telah kembali dari jihad yang lebih rendah (yang terjadi dalam peperangan) ke jihad yang lebih besar (perjuangan jiwa)." Ini berarti bahwa seorang Muslim berjuang melawan dirinya dan jiwa adalah lebih penting daripada jihad yang terjadi dalam perang. Kesalahpahaman lain adalah bahwa hanya bila orang meninggal dalam perang tidak menjadi orang yang syahid. Hal ini, bagaimanapun, palsu dan ia percaya bahwa setiap orang melakukan sesuatu untuk kepentingan tuhan dan menjadi syahid terbunuh. Seseorang yang meninggal saat melaksanakan haji di Mekkah, seorang wanita yang meninggal saat melahirkan, atau bahkan seseorang yang mati dalam mobil crash ketika ia pada jalan ke masjid semua dianggap martir.

7.Religious intolerance
Kesalahpahaman:Islam adalah tiada Toleransi terhadap agama lain

"Bunuhlah yang infidel 'adalah frasa banyak orang percaya adalah ideologi yang memiliki umat Islam terhadap non muslim. Ini, namun, bukanlah benar memerankan Islam hukum. Islam selalu menghormati dan memberikan kebebasan agama bagi semua agama. Dalam Quran itu mengatakan "Allah tidak melarang kamu, dalam hal orang-orang yang memerangi kamu bukan untuk agama dan mengusir kamu dari rumahmu, dari menangani hormat dan adil dengan mereka, sebab Tuhan mengasihi orang-orang yang adil." Ada sejarah banyak contoh toleransi muslim terhadap agama lain. Salah satu contoh adalah ketika kalif Umar adalah penguasa Yerusalem dari 634-644 AD. Dia memberikan kebebasan kepada semua agama dan masyarakat mengatakan kepada penduduk kota yang aman dan tempat-tempat ibadah mereka tidak akan diambil dari mereka. Dia juga menyiapkan pengadilan yang ditujukan kepada non Muslim minoritas. Setiap kali dia akan mengunjungi tempat suci ia akan meminta kepala keluarga Kristen Sophronius (digambarkan di atas) untuk menemani dia.

8.Children's Right
Kesalahpahaman: Anak-anak tidak memiliki hak

Anak-anak, menurut hukum Islam, ada berbagai hak. Salah satunya adalah hak untuk benar membawa atas, dibangkitkan, dan pendidikan. Islam mendorong anak-anak untuk dibawa sampai dengan baik karena ia adalah tanggung jawab seorang dewasa untuk meningkatkan anaknya untuk menjadi moral dan etika dewasa. Anak-anak juga harus diperlakukan sama. Ketika memberikan hadiah keuangan mereka semua harus menjadi sama dan tidak ada pilihan di antara mereka. Bahkan anak-anak yang sedang diijinkan untuk mengambil dari kekayaan orang tua mereka untuk mempertahankan diri jika orang tua mereka menolak untuk memberikan dana untuk hidup benar. Seorang anak juga tidak diperbolehkan untuk mendapatkan hit di wajah atau terkena sesuatu yang lebih besar dari sebuah pensil.

9.Muslims and Yesus
Kesalahpahaman: Muslim Hate Yesus

Ada banyak kesamaan antara sejarah referensi dari Kekristianan dan Islam. Banyak orang kagum untuk mengetahui bahwa menurut kepercayaan Muslim, Yesus adalah salah satu yang paling besar utusan Allah. Satu tidak dapat seorang Muslim tanpa percaya pada dara kelahiran dan banyak mukjizat Yesus Kristus. Yesus juga disebut dalam banyak ayat-ayat Quran dan lebih sering digunakan sebagai contoh yang baik dan kebaikan karakter. Namun, perbedaan antara Kristen dan Islam adalah bahwa umat Islam tidak percaya bahwa Yesus adalah Tuhan. Digambarkan di atas adalah Yesus dalam Islam memerankan penghakiman yang terakhir.

10.Muslims are arab
Kesalahpahaman: Semua umat Islam adalah Arab

The Common gambar seorang Muslim adalah orang Arab memakai serban gelap dengan janggut panjang. Namun gambar ini adalah bagian dari umat Islam yang minoritas. Arab membuat hanya 15% dari populasi dunia Muslim. Sesungguhnya Timur Tengah datang di Asia Timur dengan ketiga datang pada pertama (69%) dan Afrika (27%) pada kedatangan kedua. Common kesalahpahaman lain adalah bahwa semua Arab adalah Islam. Sementara mayoritas Arab adalah Islam (75%), ada banyak agama lain yang termasuk amalan Arab Kristen dan Judaisme

sumber: http://woamu.blogspot.com/2009/08/10-kesalahpahaman-tentang-islam.html


Lanjutkan

Ternyata Islam Sudah Ada di Amerika Jauh Sebelum Kedatangan Colombus


السلام عليكم . بِسْــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم.لا إله إلاَّ الله.محمد رسو ل الله
الحمد لله رب العا لمين. الصلاة و السلام على رسو ل الله.اما بعد

Jika Anda mengunjungi Washington DC, datanglah ke Perpustakaan Kongres (Library of Congress). Lantas, mintalah arsip perjanjian pemerintah Amerika Serikat dengan suku Cherokee, salah satu suku Indian, tahun 1787. Di sana akan ditemukan tanda tangan Kepala Suku Cherokee saat itu, bernama AbdeKhak dan Muhammad Ibnu Abdullah.

Isi perjanjian itu antara lain adalah hak suku Cherokee untuk melangsungkan keberadaannya dalam perdagangan, perkapalan, dan bentuk pemerintahan suku cherokee yang saat itu berdasarkan hukum Islam. Lebih lanjut, akan ditemukan kebiasaan berpakaian suku Cherokee yang menutup aurat sedangkan kaum laki-lakinya memakai turban (surban) dan terusan hingga sebatas lutut.


Cara berpakaian ini dapat ditemukan dalam foto atau lukisan suku cherokee yang diambil gambarnya sebelum tahun 1832. Kepala suku terakhir Cherokee sebelum akhirnya benar-benar punah dari daratan Amerika adalah seorang Muslim bernama Ramadan Ibnu Wati.


Berbicara tentang suku Cherokee, tidak bisa lepas dari Sequoyah. Ia adalah orang asli suku cherokee yang berpendidikan dan menghidupkan kembali Syllabary suku mereka pada 1821. Syllabary adalah semacam aksara. Jika kita sekarang mengenal abjad A sampai Z, maka suku Cherokee memiliki aksara sendiri.


Yang membuatnya sangat luar biasa adalah aksara yang dihidupkan kembali oleh Sequoyah ini mirip sekali dengan aksara Arab. Bahkan, beberapa tulisan masyarakat cherokee abad ke-7 yang ditemukan terpahat pada bebatuan di Nevada sangat mirip dengan kata ”Muhammad” dalam bahasa Arab.


Nama-nama suku Indian dan kepala sukunya yang berasal dari bahasa Arab tidak hanya ditemukan pada suku Cherokee (Shar-kee), tapi juga Anasazi, Apache, Arawak, Arikana, Chavin Cree, Makkah, Hohokam, Hupa, Hopi, Mahigan, Mohawk, Nazca, Zulu, dan Zuni. Bahkan, beberapa kepala suku Indian juga mengenakan tutp kepala khas orang Islam. Mereka adalah Kepala Suku Chippewa, Creek, Iowa, Kansas, Miami, Potawatomi, Sauk, Fox, Seminole, Shawnee, Sioux, Winnebago, dan Yuchi. Hal ini ditunjukkan pada foto-foto tahun 1835 dan 1870.


Secara umum, suku-suku Indian di Amerika juga percaya adanya Tuhan yang menguasai alam semesta. Tuhan itu tidak teraba oleh panca indera. Mereka juga meyakini, tugas utama manusia yang diciptakan Tuhan adalah untuk memuja dan menyembah-Nya. Seperti penuturan seorang Kepala Suku Ohiyesa : ”In the life of the Indian, there was only inevitable duty-the duty of prayer-the daily recognition of the Unseen and the Eternal”. Bukankah Al-Qur’an juga memberitakan bahwa tujuan penciptaan manusia dan jin semata-mata untuk beribadah pada Allah (*)


Subhanallah….

Bagaimana bisa Kepala suku Indian Cheeroke itu muslim?

Sejarahnya panjang,

Semangat orang-orang Islam dan Cina saat itu untuk mengenal lebih jauh planet (tentunya saat itu nama planet belum terdengar) tempat tinggalnya selain untuk melebarkan pengaruh, mencari jalur perdagangan baru dan tentu saja memperluas dakwah Islam mendorong beberapa pemberani di antara mereka untuk melintasi area yang masih dianggap gelap dalam peta-peta mereka saat itu.

Beberapa nama tetap begitu kesohor sampai saat ini bahkan hampir semua orang pernah mendengarnya sebut saja Tjeng Ho dan Ibnu Batutta, namun beberapa lagi hampir-hampir tidak terdengar dan hanya tercatat pada buku-buku akademis.


Para ahli geografi dan intelektual dari kalangan muslim yang mencatat perjalanan ke benua Amerika itu adalah Abul-Hassan Ali Ibn Al Hussain Al Masudi (meninggal tahun 957), Al Idrisi (meninggal tahun 1166), Chihab Addin Abul Abbas Ahmad bin Fadhl Al Umari (1300 – 1384) dan Ibn Battuta (meninggal tahun 1369).

Menurut catatan ahli sejarah dan ahli geografi muslim Al Masudi (871 – 957), Khashkhash Ibn Saeed Ibn Aswad seorang navigator muslim dari Cordoba di Andalusia, telah sampai ke benua Amerika pada tahun 889 Masehi. Dalam bukunya, ‘Muruj Adh-dhahab wa Maadin al-Jawhar’ (The Meadows of Gold and Quarries of Jewels), Al Masudi melaporkan bahwa semasa pemerintahan Khalifah Spanyol Abdullah Ibn Muhammad (888 – 912), Khashkhash Ibn Saeed Ibn Aswad berlayar dari Delba (Palos) pada tahun 889, menyeberangi Lautan Atlantik, hingga mencapai wilayah yang belum dikenal yang disebutnya Ard Majhoola, dan kemudian kembali dengan membawa berbagai harta yang menakjubkan.

Sesudah itu banyak pelayaran yang dilakukan mengunjungi daratan di seberang Lautan Atlantik, yang gelap dan berkabut itu. Al Masudi juga menulis buku ‘Akhbar Az Zaman’ yang memuat bahan-bahan sejarah dari pengembaraan para pedagang ke Afrika dan Asia.


Dr. Youssef Mroueh juga menulis bahwa selama pemerintahan Khalifah Abdul Rahman III (tahun 929-961) dari dinasti Umayah, tercatat adanya orang-orang Islam dari Afrika yang berlayar juga dari pelabuhan Delba (Palos) di Spanyol ke barat menuju ke lautan lepas yang gelap dan berkabut, Lautan Atlantik. Mereka berhasil kembali dengan membawa barang-barang bernilai yang diperolehnya dari tanah yang asing.

Beliau juga menuliskan menurut catatan ahli sejarah Abu Bakr Ibn Umar Al-Gutiyya bahwa pada masa pemerintahan Khalifah Spanyol, Hisham II (976-1009) seorang navigator dari Granada bernama Ibn Farrukh tercatat meninggalkan pelabuhan Kadesh pada bulan Februari tahun 999 melintasi Lautan Atlantik dan mendarat di Gando (Kepulaun Canary).

Ibn Farrukh berkunjung kepada Raja Guanariga dan kemudian melanjutkan ke barat hingga melihat dua pulau dan menamakannya Capraria dan Pluitana. Ibn Farrukh kembali ke Spanyol pada bulan Mei 999.


Perlayaran melintasi Lautan Atlantik dari Maroko dicatat juga oleh penjelajah laut Shaikh Zayn-eddin Ali bin Fadhel Al-Mazandarani. Kapalnya berlepas dari Tarfay di Maroko pada zaman Sultan Abu-Yacoub Sidi Youssef (1286 – 1307) raja keenam dalam dinasti Marinid. Kapalnya mendarat di pulau Green di Laut Karibia pada tahun 1291. Menurut Dr. Morueh, catatan perjalanan ini banyak dijadikan referensi oleh ilmuwan Islam.

Sultan-sultan dari kerajaan Mali di Afrika barat yang beribukota di Timbuktu, ternyata juga melakukan perjalanan sendiri hingga ke benua Amerika. Sejarawan Chihab Addin Abul-Abbas Ahmad bin Fadhl Al Umari (1300 – 1384) memerinci eksplorasi geografi ini dengan seksama. Timbuktu yang kini dilupakan orang, dahulunya merupakan pusat peradaban, perpustakaan dan keilmuan yang maju di Afrika. Ekpedisi perjalanan darat dan laut banyak dilakukan orang menuju Timbuktu atau berawal dari Timbuktu.

Sultan yang tercatat melanglang buana hingga ke benua baru saat itu adalah Sultan Abu Bakari I (1285 – 1312), saudara dari Sultan Mansa Kankan Musa (1312 – 1337), yang telah melakukan dua kali ekspedisi melintas Lautan Atlantik hingga ke Amerika dan bahkan menyusuri sungai Mississippi.

Sultan Abu Bakari I melakukan eksplorasi di Amerika tengah dan utara dengan menyusuri sungai Mississippi antara tahun 1309-1312. Para eksplorer ini berbahasa Arab. Dua abad kemudian, penemuan benua Amerika diabadikan dalam peta berwarna Piri Re’isi yang dibuat tahun 1513, dan dipersembahkan kepada raja Ottoman Sultan Selim I tahun 1517. Peta ini menunjukkan belahan bumi bagian barat, Amerika selatan dan bahkan benua Antartika, dengan penggambaran pesisiran Brasil secara cukup akurat.


Sequoyah, also known as George Gist Bukti lainnya adalah, Columbus sendiri mengetahui bahwa orang-orang Carib (Karibia) adalah pengikut Nabi Muhammad. Dia faham bahwa orang-orang Islam telah berada di sana terutama orang-orang dari Pantai Barat Afrika. Mereka mendiami Karibia, Amerika Utara dan Selatan. Namun tidak seperti Columbus yang ingin menguasai dan memperbudak rakyat Amerika. Orang-Orang Islam datang untuk berdagang dan bahkan beberapa menikahi orang-orang pribumi.

Lebih lanjut Columbus mengakui pada 21 Oktober 1492 dalam pelayarannya antara Gibara dan Pantai Kuba melihat sebuah masjid (berdiri di atas bukit dengan indahnya menurut sumber tulisan lain). Sampai saat ini sisa-sisa reruntuhan masjid telah ditemukan di Kuba, Mexico, Texas dan Nevada.

Dan tahukah anda? 2 orang nahkoda kapal yang dipimpin oleh Columbus kapten kapal Pinta dan Nina adalah orang-orang muslim yaitu dua bersaudara Martin Alonso Pinzon dan Vicente Yanex Pinzon yang masih keluarga dari Sultan Maroko Abuzayan Muhammad III (1362). [THACHER,JOHN BOYD: Christopher Columbus, New York 1950]

Dan mengapa hanya Columbus saja yang sampai saat ini dikenal sebagai penemu benua amerika? Karena saat terjadi pengusiran kaum yahudi dari spanyol sebanyak 300.000 orang yahudi oleh raja Ferdinand yang Kristen, kemudian orang-orang yahudi menggalang dana untuk pelayaran Columbus dan berita ‘penemuan benua Amerika’ dikirim pertama kali oleh Christopher Columbus kepada kawan-kawannya orang Yahudi di Spanyol.

Pelayaran Columbus ini nampaknya haus publikasi dan diperlukan untuk menciptakan legenda sesuai dengan ‘pesan sponsor’ Yahudi sang penyandang dana. Kisah selanjutnya kita tahu bahwa media massa dan publikasi dikuasai oleh orang-orang Yahudi yang bahkan dibenci oleh orang-orang seperti Henry Ford si raja mobil Amerika itu.


Maka tampak ada ketidak-jujuran dalam menuliskan fakta sejarah tentang penemuan benua Amerika. Penyelewengan sejarah oleh orang-orang Yahudi yang terjadi sejak pertama kali mereka bersama-sama orang Eropa menjejakkan kaki ke benua Amerika.

Dan tahukah anda? sebenarnya laksam ana Zheng He atau yang di Indonesia lebih dikenal dengan nama laksamana Cheng Ho adalah penemu benua amerika pertama, sekitar 70 tahun sebelum Columbus.

Sekitar 70 tahun sebelum Columbus menancapkan benderanya di daratan Amerika, Laksamana Zheng He sudah lebih dulu datang ke sana. Para peserta seminar yang diselenggarakan oleh Royal Geographical Society di London beberapa waktu lalu dibuat terperangah. Adalah seorang ahli kapal selam dan sejarawan bernama Gavin Menzies dengan paparannya dan lantas mendapat perhatian besar.

Tampil penuh percaya diri, Menzies menjelaskan teorinya tentang pelayaran terkenal dari pelaut mahsyur asal Cina, Laksamana Zheng He (kita mengenalnya dengan Ceng Ho-red). Bersama bukti-bukti yang ditemukan dari catatan sejarah, dia lantas berkesimpulan bahwa pelaut serta navigator ulung dari masa dinasti Ming itu adalah penemu awal benua Amerika, dan bukannya Columbus.


Bahkan menurutnya, Zheng He ‘mengalahkan’ Columbus dengan rentang waktu sekitar 70 tahun. Apa yang dikemukakan Menzies tentu membuat kehebohan lantaran masyarakat dunia selama ini mengetahui bahwa Columbus-lah si penemu benua Amerika pada sekitar abad ke-15. Pernyataan Menzies ini dikuatkan dengan sejumlah bukti sejarah.

Adalah sebuah peta buatan masa sebelum Columbus memulai ekspedisinya lengkap dengan gambar benua Amerika serta sebuah peta astronomi milik Zheng He yang dosodorkannya sebagai barang bukti itu. Menzies menjadi sangat yakin setelah meneliti akurasi benda-benda bersejarah itu.

Cherokee syllabary”Laksana inilah yang semestinya dianugerahi gelar sebagai penemu pertama benua Amerika,” ujarnya. Menzies melakukan kajian selama lebih dari 14 tahun. Ini termasuk penelitian peta-peta kuno, bukti artefak dan juga pengembangan dari teknologi astronomi modern seperti melalui program software Starry Night.

Dari bukti-bukti kunci yang bisa mengubah alur sejarah ini, Menzies mengatakan bahwa sebagian besar peta maupun tulisan navigasi Cina kuno bersumber pada masa pelayaran Laksamana Zheng He. Penjelajahannya hingga mencapai benua Amerika mengambil waktu antara tahun 1421 dan 1423. Sebelumnya armada kapal Zheng He berlayar menyusuri jalur selatan melewati Afrika dan sampai ke Amerika Selatan.


Uraian astronomi pelayaran Zheng He kira-kira menyebut, pada larut malam saat terlihat bintang selatan sekitar tanggal 18 Maret 1421, lokasi berada di ujung selatan Amerika Selatan. Hal tersebut kemudian direkonstruksi ulang menggunakan software Starry Night dengan membandingkan peta pelayaran Zheng He.

“Saya memprogram Starry Night hingga masa di tahun 1421 serta bagian dunia yang diperkirakan pernah dilayari ekspedisi tersebut,” ungkap Menzies yang juga ahli navigasi dan mantan komandan kapal selam angkatan laut Inggris ini. Dari sini, dia akhirnya menemukan dua lokasi berbeda dari pelayaran ini berkat catatan astronomi (bintang) ekspedisi Zheng He.

Lantas terjadi pergerakan pada bintang-bintang ini, sesuai perputaran serta orientasi bumi di angkasa. Akibat perputaran bumi yang kurang sempurna membuat sumbu bumi seolah mengukir lingkaran di angkasa setiap 26 ribu tahun. Fenomena ini, yang disebut presisi, berarti tiap titik kutub membidik bintang berbeda selama waktu berjalan. Menzies menggunakan software untuk merekonstruksi posisi bintang-bintang seperti pada masa tahun 1421.

“Kita sudah memiliki peta bintang Cina kuno namun masih membutuhkan penanggalan petanya,” kata Menzies. Saat sedang bingung memikirkan masalah ini, tiba-tiba ditemukanlah pemecahannya. “Dengan kemujuran luar biasa, salah satu dari tujuan yang mereka lalui, yakni antara Sumatra dan Dondra Head, Srilanka, mengarah ke barat.”

Bagian dari pelayaran tersebut rupanya sangat dekat dengan garis katulistiwa di Samudera Hindia. Adapun Polaris, sang bintang utara, dan bintang selatan Canopus, yang dekat dengan lintang kutub selatan, tercantum dalam peta. “Dari situ, kita berhasil menentukan arah dan letak Polaris. Sehingga selanjutnya kita bisa memastikan masa dari peta itu yakni tahun 1421, plus dan minus 30 tahun.”

Sequoyah Atas temuan tersebut, Phillip Sadler, pakar navigasi dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics, mengatakan perkiraan dengan menggunakan peta kuno berdasarkan posisi bintang amatlah dimungkinkan. Dia juga sepakat bahwa estimasi waktu 30 tahun, seperti dalam pandangan Menzies, juga masuk akal.


Selama ini, masyarakat dunia mengetahui kiprah Zheng He sebagai penjelajah ulung. Dia terlahir di Kunyang, kota yang berada di sebelah barat daya Propinsi Yunan, pada tahun 1371. Keluarganya yang bernama Ma, adalah bagian dari warga minoritas Semur. Mereka berasal dari kawasan Asia Tengah serta menganut agama Islam.

Ayah dan kakek Zheng He diketahui pernah mengadakan perjalanan haji ke Tanah Suci Makkah. Sementara Zheng He sendiri tumbuh besar dengan banyak mengadakan perjalanan ke sejumlah wilayah. Ia adalah Muslim yang taat.

Yunan adalah salah satu wilayah terakhir pertahanan bangsa Mongol, yang sudah ada jauh sebelum masa dinasti Ming. Pada saat pasukan Ming menguasai Yunan tahun 1382, Zheng He turut ditawan dan dibawa ke Nanjing. Ketika itu dia masih berusia 11 tahun.

Zheng He pun dijadikan sebagai pelayan putra mahkota yang nantinya menjadi kaisar bernama Yong Le. Nah kaisar inilah yang memberi nama Zheng He hingga akhirnya dia menjadi salah satu panglima laut paling termashyur di dunia.

sumber: http://blognyajose.blogspot.com/2010/08/ternyata-islam-sudah-ada-di-amerika.html


Lanjutkan

Pantulan Kehidupan

dicopas oleh uqi_mystar
Seorang bocah mengisi waktu luang dengan kegiatan mendaki gunung bersama ayahnya. Entah mengapa, tiba-tiba si bocah tersandung akar pohon dan jatuh. “Aduhh!” jeritannya memecah
keheningan suasana pegunungan. Si bocah amat terkejut, ketika ia mendengar suara di kejauhan menirukan teriakannya persis sama, “Aduhh!”. Dasar anak-anak, ia berteriak lagi, “Hei! Siapa kau?” Jawaban yang terdengar, “Hei! Siapa kau?” Lantaran kesal mengetahui suaranya selalu ditirukan,
si anak berseru, “Pengecut kamu!”

Lagi-lagi ia terkejut ketika suara dari sana membalasnya dengan umpatan serupa. Ia bertanya kepada sang ayah, “Apa yang terjadi?” Dengan penuh kearifan sang ayah tersenyum, “Anakku, coba perhatikan.” Lelaki itu berkata keras, “Saya kagum padamu!” Suara di kejauhan menjawab, Saya kagum padamu!” Sekali lagi sang ayah berteriak “Kamu sang juara!” Suara itu menjawab, “Kamu sang juara!” Sang bocah sangat keheranan, meski demikian ia tetap belum mengerti. Lalu sang ayah menjelaskan, “Suara itu adalah gema, tapi sesungguhnya itulah kehidupan.”

### ” Kehidupan memberi umpan balik atas semua ucapan dan tindakan kita. Dengan kata lain, kehidupan kita adalah sebuah pantulan atau bayangan atas tindakan kita. Bila kita ingin mendapatkan lebih banyak kebaikan di dunia ini, maka berbuat baiklah kita kepada sesama. Hidup akan memberikan kembali segala sesuatu yang telah kita berikan kepadanya, hidup bukan sebuah kebetulan tapi sebuah bayangan diri kita sendiri.”
Lanjutkan

Batu Kecil

dicopas oleh uqi_mystar
Seorang pekerja pada proyek bangunan memanjat ke atas tembok yang sangat tinggi. Pada suatu saat ia harus menyampaikan pesan penting kepada teman kerjanya yang ada di bawahnya.
Pekerja itu berteriak-teriak, tetapi temannya tidak bisa mendengarnya karena suara bising dari mesin-mesin dan orang-orang yang bekerja, sehingga usahanya sia-sia saja.

Oleh karena itu untuk menarik perhatian orang yang ada di bawahnya, ia mencoba
melemparkan uang logam di depan temannya. Temannya berhenti bekerja, mengambil uang itu
lalu bekerja kembali. Pekerja itu mencoba lagi, tetapi usahanya yang kedua pun memperoleh hasil yang sama. Tiba-tiba ia mendapat ide. Ia mengambil batu kecil lalu melemparkannya ke arah orang itu. Batu itu tepat mengenai kepala temannya, dan karena merasa sakit, temannya menengadah ke atas? Sekarang pekerja itu dapat menjatuhkan catatan yang berisi pesannya.

### ” Terkadang Allah ingin menguji kita dengan cobaan yang ringan untuk membuat kita menengadah kepada-Nya, bisa jadi limpahan harta juga termasuk cobaan untuk kita. Seringkali Allah melimpahkan segala rahmat, nikmat, dan karunia yang sangat banyak kepada kita namun itu tidak cukup membuat kita menengadah kepada-Nya sehingga kita harus dilempar dengan ‘batu kecil’ agar kita selalu tetap di jalan-Nya. Wallahu alam”
Lanjutkan

Bebek . . .

dicopas oleh uqi_mystar
Ada seorang bocah laki-laki sedang berkunjung ke kakek dan neneknya dipertanian mereka.
Dia mendapat sebuah katapel untuk bermain-main di hutan. Dia berlatih dan berlatih tetapi tidak pernah berhasil mengenai sasaran. Dengan kesal dia kembali pulang untuk makan malam. Pada waktu pulang, dilihatnya bebek peliharaan neneknya. Masih dalam keadaan kesal, dibidiknya bebek itu dikepala, matilah si bebek. Dia terperanjat dan sedih. Dengan panik, disembunyikannya bangkai bebek didalam timbunan kayu, dilihatnya ada kakak perempuannya mengawasi. Sally melihat semuanya, tetapi tidak berkata apapun.
Setelah makan, nenek berkata, “Sally, cuci piring.” Tetapi Sally berkata,
“Nenek, Johnny berkata bahwa dia ingin membantu didapur, bukankah demikian Johnny?” Dan Sally berbisik, “Ingat bebek?” Jadi Johnny mencuci piring.
Kemudian kakek menawarkan bila anak-anak mau pergi memancing, dan nenek berkata, “Maafkan, tetapi aku perlu Sally untuk membantu menyiapkan makanan.” Tetapi Sally tersenyum dan berkata, “Tidak apa-apa, karena Johnny memberitahu kalau ingin membantu.” Kembali dia berbisik, “Ingat bebek?” Jadi Sally pergi memancing dan Johnny tinggal dirumah.
Setelah beberapa hari Johnny mengerjakan tugas-tugasnya dan juga tugas-tugas Sally, akhirnya dia tidak dapat bertahan lagi. Ditemuinya nenek dan mengaku telah membunuh bebek neneknya dan meminta ampun. Nenek berlutut dan merangkulnya, katanya, “Sayangku, aku tahu. Tidakkah kau lihat, aku berdiri dijendela dan melihat semuanya. Karena aku mencintaimu, aku memaafkan. Hanya aku heran berapa lama engkau akan membiarkan Sally memanfaatkanmu.” Aku tidak tahu masa lalumu. Aku tidak tahu dosa apakah yang dilemparkan musuh kemukamu. Tetapi apapun itu, aku ingin memberitahu sesuatu. Tuhan juga selalu berdiri di’jendela’. Dan Dia melihat segalanya. Dan karena Dia mencintaimu, Dia akan mengampunimu bila engkau memintanya. Hanya Dia heran melihat berapa lama engkau membiarkan musuh memperbudakmu. Hal yang luar biasa adalah Dia tidak hanya mengampuni, tetapi Dia juga tidak mengingat-ingat lagi dosamu.”

"dari postingan Antonhuang"
Lanjutkan

Belajar Dari Burung dan Cacing

dicopas oleh uqi_mystar
Bila kita sedang mengalami kesulitan hidup karena himpitan kebutuhan materi,maka cobalah kita ingat pada burung dan cacing. Kita lihat burung tiap pagi keluar dari sarangnya untuk mencari makan. Tidak terbayang sebelumnya kemana dan di mana ia harus mencari makanan yang diperlukan. Karena itu kadang kala sore hari ia pulang dengan perut kenyang dan bisa membawa makanan buat keluarganya, tapi kadang makanan itu cuma cukup buat keluarganya, sementara ia harus “puasa”. Bahkan seringkali ia pulang tanpa membawa apa-apa buat keluarganya sehingga ia dan keluarganya harus “berpuasa”.
Meskipun burung lebih sering mengalami kekurangan makanan karena tidak punya “kantor” yang tetap,
apalagi setelah lahannya banyak yang diserobot manusia, namun yang jelas kita tidak pernah melihat ada burung yang berusaha untuk bunuh diri. Kita tidak pernah melihat ada burung yang tiba-tiba menukik membenturkan kepalanya ke batu cadas. Kita tidak pernah melihat ada burung yang tiba-tiba menenggelamkan diri kesungai. Kita tidak pernah melihat ada burung yang memilih meminum racun untuk mengakhiri penderitaannya.

Kita lihat burung tetap optimis akan rejeki yang dijanjikan Tuhan. Kita lihat, walaupun kelaparan, tiap pagi ia tetap berkicau dengan merdunya. Tampaknya burung menyadari benar bahwa demikianlah hidup, suatu waktu berada di atas dan di lain waktu terhempas ke bawah. Suatu waktu kelebihan dan di lain waktu kekurangan. Suatu waktu kekenyangan dan di lain waktu kelaparan
Sekarang marilah kita lihat hewan yang lebih lemah dari burung, yaitu cacing. Kalau kita perhatikan, binatang ini seolah-olah tidak mempunyai sarana yang layak untuk survive atau bertahan hidup. Ia tidak mempunyai kaki, tangan, tanduk atau bahkan mungkin ia juga tidak mempunyai mata dan telinga.
Tetapi ia adalah makhluk hidup juga dan, sama dengan makhluk hidup lainnya, ia mempunyai perut yang apabila tidak diisi maka ia akan mati. Tapi kita lihat, dengan segala keterbatasannya, cacing tidak pernah putus asa dan frustasi untuk mencari rejeki . Tidak pernah kita menyaksikan cacing yang membentur-benturkan kepalanya kebatu.
Sekarang kita lihat manusia….. …..
Kalau kita bandingkan dengan burung atau cacing, maka sarana yang dimiliki manusia untuk mencari nafkah jauh lebih canggih. Tetapi kenapa manusia yang dibekali banyak kelebihan ini sering kali kalah dari burung atau cacing ? Mengapa manusia banyak yang putus asa lalu bunuh diri menghadapi kesulitan yang dihadapi ?
Padahal rasa-rasanya belum pernah kita lihat cacing yang berusaha bunuh diri karena putus asa.

(Dr. Leo MarcelinusHandoko, SpKJ, MSc. Psychiatrist & Consultant of Nerve Revitalization)
Lanjutkan

Belajar Sabar

dicopas oleh uqi_mystar
Pagi, saat akan berangkat menuju tempat kerja, aku sudah disuguhi pemandangan yang sungguh tidak mengenakkan, paling tidak buatku. Di tengah kemacetan lalu lintas pagi, dari dalam angkot yang aku tumpangi, aku melihat dua orang pengendara motor, keduanya bapak-bapak bersitegang. Entah bagaimana awal kejadiannya, bapak pengendara motor yang satu membentak bapak pengendara motor lainnya, dari raut wajahnya kelihatan sekali si bapak sangat marah dengan bapak yang satunya lagi. Untunglah si bapak yang dibentak, entah karena merasa bersalah atau tidak ingin ribut, berusaha tidak melayani kemarahan si bapak tadi. Ia mengelus pundak si bapak yang membentaknya, sambil berkata dengan cara yang halus dan sopan. Sayup-sayup dari kaca jendela yang terbuka, aku dengar si bapak yang sabar itu mengucapkan kata maaf. Tapi ungkapan maaf itu ternyata tidak direspon dengan baik, si bapak yang marah tetap membentak-bentak bahkan menendang motor bapak yang minta maaf tadi, sambil ngeloyor pergi. Meski tidak sampai jatuh, bapak yang sabar itu, jadi kelihatan kesal dan tidak terima dengan perlakuan tadi. Ia pun bergegas hendak mengejar
orang yang sudah memperlakukannya dengan kurang baik itu. Untunglah pengendara motor lainnya yang menyaksikan adegan itu, mencegah dan memintanya untuk bersabar. Si bapak tadipun mengurungkan niatnya, tidak jadi mengejar bapak yang sudah membentak-bentaknya dengan kasar.
Bukan aku saja yang lega melihat kesabaran si bapak itu, tapi aku lihat seluruh penumpang di angkot yang aku tumpangi tanpa sadar juga bernafas lega. Ah.... sebuah pemandangan yang tidak indah sama sekali untuk mengawali hari, kataku dalam hati.
Sepanjang perjalanan, adegan barusan terus bermain-main di benakku. Pertanyaan-pertanyaan yang mengusik hatiku, mengapa orang bisa sedemikian kasar pada orang lain bahkan hanya untuk hal-hal yang sepele, mengapa orang menjadi begitu cepat hilang kesabaran, mengapa begitu sulit memaafkan pada orang yang sudah meminta maaf. Dalam hati aku memuji sikap sabar si bapak yang minta maaf tadi dengan tetap berkata halus meski sudah dibentak-bentak. Inilah gambaran orang yang hidup di kota Metropolitan, pikirku. Di tengah kehidupan kota Jakarta yang penuh dengan persaingan, ditambah lagi tuntutan hidup yang makin tinggi, setiap orang bergerak serba ingin cepat, ingin saling mendahului, pokoknya siapa cepat dia dapat. Kondisi semacam ini membuat orang tertekan, sehingga mudah marah, stress, bersikap individualistis dan jadi tidak sabaran. Hampir setiap pagi aku melihat pengendara motor yang malas antri macet sampai nyelip-nyelip bahkan menggunakan trotoar yang diperuntukkan buat pejalan kaki, pengendara mobil yang membunyikan klaksonnya berulang-ulang karena tidak sabar menunggu di belakang metromomini yang sedang berhenti karena menurunkan penumpang, sopir angkotan umum yang kebut-kebutan karena tidak sabar ingin mengejar setoran, dan masih banyak contoh lagi.
Tapi.... saya jadi teringat pengalaman saya sendiri beberapa hari ini. Pekerjaan yang menumpuk, dikejar tenggat waktu dan sejumlah persoalan pribadi yang belum terselesaikan, membuat saya sering ngedumel, mudah tersinggung dan hilang kesabaran. Hanya menunggu antrian di kamar mandi saja sudah membuat saya kesal, menunggu mesin foto kopi yang sedang diperbaiki saja, cukup membuat saya cemberut seharian. Saya betul-betul jadi orang yang tidak sabaran.
Melihat kejadian di jalan tadi, saya tiba-tiba sadar bahwa akibat sikap saya itu ada orang yang secara tak sengaja sudah saya dzalimi. Saya masih ingat, bagaimana ekspresi wajah kecewa ponakan saya yang masih berusia dua tahun, ketika dengan nada ketus saya bilang 'capek' ketika ia merengek-rengek mengajak saya bermain-main dengan mobil-mobilan kecilnya sepulangnya saya dari kantor. Saya seperti tersadar mengapa keponakan saya yang lucu dan manis itu, tiba-tiba saja menolak saya peluk, mungkin kerena sikap saya kemarin. Astaghfirullah...... saya merasakan ada air hangat di pelupuk mata saya dan rasa penyesalan yang dalam. Sedikit tekanan dan persoalan saja ternyata telah mengalahkan kesabaran saya.....bagaimana jika saya menghadapi cobaan dan tekanan hidup yang lebih besar lagi? Apakah saya masih mampu bersabar menghadapinya?
Saya merasa menjadi orang yang kalah. Kalah memerangi hawa nafsu dan mempertahankan kesabaran saya. Padahal sabar adalah salah satu ciri orang yang beriman dan bertaqwa. Saya kembali teringat sebuah artikel di koran yang pernah saya baca. Dalam artikel itu disebutkan, Rasulullah, Nabi Muhammad Saw yang mulia pernah mengatakan bahwa sabar adalah bagian dari iman. Lalu, saya buka lagi buku catatan kecil yang selalu saya bawa dalam tas saya, di sana ada catatan sejumlah firman Allah dalam Al-Quran tentang perntingnya memiliki sifat sabar.
"Sesungguhnya hanya orang-orang yang sabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas." (QS Az-Zumar,10)
''Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga serta bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.'' (QS Ali Imran: 200).
"Dan mintalah pertolongan (kepada Allah ) dengan sabar dan sholat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang khusyu." (QS Al-Baqarah,45)
Aku meresapi kembali ayat-ayat Al-Quran itu. Ah... bersikap sabar itu memang tidak mudah, apalagi ketika menghadapi persoalan berat atau merasa didzalimi oleh orang lain. Tapi itulah ujian bagi umat manusia. Ujian atas keimanannya. Bukankah Allah Swt juga mengatakan, belum sempurna iman seseorang sebelum Ia mengujinya.
Wajah keponakanku yang polos itu kembali terbayang di mataku, wajah bapak pengendara motor yang meminta maaf dalam keributan kecil tadi kembali melintas, betapa kerdil sikapku dan lemahnya imanku belakangan hari ini. Sabar... sungguh sebuah kata yang mudah diucapkan tapi kadang sulit dilakukan, kecuali orang-orang yang memiliki kadar keimanan dan ketaqwaan yang tinggi pada Allah Swt, yaitu orang-orang yang khusyu'.
Sesampainya di kantor, aku segera berwudhu, menuju mushola kecil di belakang gedung dan menunaikan sholat Dhuha. Aku memohon ampunan pada Allah yang Maha Rahmah dan aku memohon agar senantiasa diberi kekuatan dan kesabaran dalam menjalani kehidupan yang penuh ujian dan cobaan ini.
" Robbanaa afrigh 'alaina shabraw wa tawaffanaa muslimin."
(Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri (kepadaMu ).
Jakarta, 8 Februari 2006
rubina_zalfa at yahoo dot com
Lanjutkan

Tengok Ke Dalam Sebelum Bicara

dicopas oleh uqi_mystar
Ada sebuah kisah kecil, ketika saya masih aktif bersama teman-teman di organisasi remaja masjid kampung saya. Namun kisah kecil ini telah menjadi 'prasasti' indah dalam kehidupan saya sampai sekarang.
Waktu itu kami sedang giat-giatnya menggelar usaha keagamaan. Tiba-tiba di belakang masjid kami, salah seorang warga membuka rumahnya untuk dijadikan tempat judi togel.
Setiap malam orang-orang ramai berkumpul di situ. Karena dari pihak desa tidak ada reaksi apa-apa terhadap judi itu, maka kami bersepakat untuk negosiasi dengan warga itu. Agar kegiatan yang banyak merugikan masyarakat itu dihentikan saja.
Dengan semangat, kami bersepakat untuk mendatangi tempat tersebut. Namun sebelum berangkat, ada salah satu senior kami yang mengingatkan. Ia berkata pada kami. "Ini kerja besar.Ini perjuangan berat. Jangan gegabah kita melangkah. Kita harus
lebih siap lagi untuk maju ke medan 'jihad' ini. Ada sesuatu yang harus kita laksanakan dulu sebelum kita maju kesana."
Senior kami itu menyarankan agar kami mengoreksi diri dulu. Sudah sejauh mana ibadah harian kita kepada Allah. Sudah sejauh mana komitmen kita terhadap apa yang diperintahNya dan apa yang dilarangNya.
Ahirnya, selama beberapa hari, kami disarankan untuk sebisa mungkin sholat wajib berjamaah. Kita juga harus bangun malam untuk qiamullail. Yang biasanya jarang puasa Senin Kamis, sekarang amalan Nabi itu harus dilaksanakan dengan intensif. Pokoknya, senior kami itu menyarankan agar sebisa mungkin mengaplikasikan bentuk ketakwaan dan keimanan kepada Allah SWT. Tidak hanya bentuk "amar ma'ruf" saja, tapi mesti diiringi juga dengan "nahi mungkar." Seperti yang masih merokok untuk segera meninggalkan perbuatan mubah itu.
Beberapa hari kemudian, saat hari 'H' sudah tiba, kami berkumpul lagi. Namun kami tidak jadi menemui bandar togel itu. Sebab, dengan izin Allah, orang itu sudah menutup total usahanya. Rupanya ia sudah kembali berprofesi seperti biasa, yaitu sebagai kuli bangunan. Kami merasa gembira sekali. Dan semua ini sudah jelas merupakan pertolongan dariNya. Entah apa yang terjadi seandainya kami menyikapi perbuatan salah seorang warga di dekat masjid itu dengan emosional pada waktu itu, tanpa mengindahkan nasehat senior kami.
Apakah ini sebuah kemenangan sebelum bertanding? Tidak juga. Sebab kami telah berjuang dulu, berjuang menaklukan napsu diri. Bukankah ini juga jihad besar?
Pantas, jika sahabat Umar ra. sebelum berangkat perang dengan orang kafir, selalu memeriksa pasukannya sedetil mungkin. Mereka yang malamnya tidak qiamullail, sementara jangan ikut ke medan jihad dulu. Kata Khalifah kedua itu: "Saya tidak takut dengan musuh yang banyak, tapi saya lebih takut kepada banyaknya dosa yang kita bawa. Sehingga kita akan kesulitan mendapatkan pertolongan dari Allah SWT."
Dan sejarah juga mencatat gemilangnya perang Badar bagi kaum muslimin. Padahal erbandingan jumlah pasukan antara kaum muslimin dan kafir sama sekali tidak seimbang. Tentu sudah bisa dipastikan bahwa salah satu faktor kemenangan kaum muslimin adalah karena kwalitas iman orang muslim masa itu yang sangat prima. Dan tentunya sangat minim dengan dosa-dosa. Tidak seperti kami di jaman ini.
Saya hanya bisa berpikir, seandainya saya, keluarga saya, lingkungan saya, atau skup yang lebih luas lagi negri saya, dalam mengatasi masalah berkiblat dengan cara mereka, mungkin Allah pun akan memberi kemudahan dalam mengatasi berbagai masalah.
Ya, tentunya harus dimulai dari pribadi masing-masing. Sebab tak mustahil, bahwa saya, kita-kita inipun ternyata ada dalam barisan orang-orang yang menghambat pertolongan Allah.
Sampai sekarang pesan senior kami di organisasi remaja masjid bertahun-tahun lalu itu, selalu terngiang ditelinga saya, manakala ada sesuatu pekerjaan yang harus berhubungan dengan orang banyak. Pesan yang pendek, namun sangat berarti: "Bacalah dirimu! Sebelum kau baca orang lain!" Atau dalam bahasa populer penyanyi ballada Ebiet G Ade: "Tengoklah ke 'dalam', sebelum bicara."

Oleh : Suswoyo 
Lanjutkan